Memaknai Shalat
إِنَّ الصَّلاَةَ
صِلَةٌ وَلِقَآءٌ بَيْنَ الْعَبْدِ وَالرَّبِّ
“Sesungguhnya
shalat adalah sambungan (komunikasi) dan pertemuan
seorang
hamba dengan Rabb-nya.”
–Sayyid
Qutub, Tafsir Fii Zhilālil Quran–
Seorang
kekasih selalu merasakan bahagia karena di hatinya dipenuhi rasa cinta kepada yang dicintainya. Meskipun jauh di mata, tetapi selalu
terasa dekat di hati, karena ia merasakan kehadirannya di dalam hati.
Ketika kekasihnya mengajak untuk bertemu, hatinya terasa lebih bahagia.
Ketika bertemu, luar biasa bahagianya sampai-sampai 5-6 jam pun tak terasa
berlalu. Kenapa? Karena saking betahnya jika si kekasih berada di samping diri.
Bagaimana
dengan Allah? Sang Maha Kekasih yang selalu memberikan cinta-Nya secara penuh?
Apakah kita merasa lebih nyaman dan bahagia jika Allah bersama kita? Apakah
kita merasa betah saat kita berkomunikasi dan bertemu dengan-Nya dalam shalat?
Apakah kita ingin segera menyelesaikan shalat ataukah kita ingin berlama-lama
ketika shalat hampir selesai? Mari bermuhasabah.
Nikmatnya Shalat
Mengawali
komunikasi dan pertemuan dengan Allah melalui shalat adalah dengan merasakan
nikmatnya hidup bersama Allah. Kapanpun, di manapun, bagaimanapun keadaan kita,
rasakanlah nikmatnya hidup bersama Allah….
Layaknya
kekasih yang dipanggil pujaan hatinya, berbahagialah ketika Allah memanggil
dengan seruan terindah (adzan). Kemudian mulailah membersihkan diri dengan
wudlu karena sebentar lagi Anda akan berkomunikasi dan bertemu dengan Allah. Nikmatilah wudlu Anda
dengan sepenuh hati. Di dalam
wudlu itu ada terapi untuk me-refresh (menyegarkan kembali) tubuh yang
lelah dan letih. Kita
lebih mengenalnya dengan istilah hydrotherapy (terapi air).
Ketika kita
memulai shalat, rasakanlah Allah benar-benar berada di depan mata sedang
menunggu pengakuan (takbir dan doa-doa shalat lainnya) dari Anda. Allahu Akbar, Allah (Engkau) Mahabesar.
Begitu doa pertama terucap, Allah tetap menunggu pengakuan selanjutnya sampai
kita merasa cukup dengan sendirinya tanpa dikejar-kejar kepentingan di luar
shalat.
“Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh…” kita pun
melantunkan salam dengan hati yang sedih karena harus menyudahi komunikasi dan
pertemuan dengan Allah melalui shalat tersebut.
Atsar Shalat
Setelah
selesai shalat, tetaplah merasakan kehadiran Allah bersama kita dan Allah
menuntun kita mencapai tujuan yang direncanakan. Berdagang mencari harta
bersama Allah. Belajar mencari ilmu bersama Allah. Mengurus rumah tangga
bersama Allah. Berjalan mencari rezeki bersama Allah. Rasakanlah Allah selalu
bersama kita membimbing dan mengawasi setiap gerak-gerik kita. Dengan begitu,
setiap langkah kita akan selalu lurus di jalan Allah, karena Allah sendiri yang
menuntun kita.
Hikmah
Shalat
Shalat
tidak lah menjadi sebuah syariat dalam Islam jika tidak ada himah yang
terkandung di dalamnya. Di antara hikmah-hikmah shalat adalah sebagai berikut:
1. Shalat
adalah Tiang Penyangga Agama
أَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنِ، فَمَنْ
أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ
“Shalat
adalah tiangnya agama. Siapa yang mendirikan shalat berarti ia menegakkan
agama. Siapa yang meninggalkan shalat berarti ia menghancurkan agama.”.
2. Shalat
adalah Ukuran Penentu Keberhasilan
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ
وَأَنْجَحَ فَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ...
“Sesungguhnya
amal seorang hamba yang pertama dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika
shalatnya beres, sungguh ia bahagia dan menang. Jika shalatnya rusak, sungguh
sia-sialah (amal-amalnya) dan rugilah ia…” (H.R.
Tirmidzi dari Abu Hurairah).
3. Shalat
adalah Suasana Istirahat Terbaik
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص إِذَا حَزَّبَهُ
أَمْرٌ فَزَعَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Rasulullah
saw., jika sebuah hal membuat (hidup)-nya terpecah, Beliau berlindung melalui
shalat.” (H.R. Thabraniy)
أَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ يَآ بِلاَلُ،
أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأَرَحْنَا بِهَا
“Bahwasannya
Nabi saw. berkata kepada Bilal, ‘Hai, Bilal. dirikanlah shalat (iqamah) dan kita istirahat dengannya’.” (H.R. Abu
Daud).
4. Shalat
adalah Wasilah untuk Mendapat Kesehatan
عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص أَنَّهُ رَأَى أَبَا
هُرَيْرَةَ مُنْطَبِحًا عَلَى بَطْنِهِ فَقَالَ لَهُ إِشْكَنَبَ دَرْدٌ؟ قَالَ
نَعَمْ. قَالَ قُمْ فَصَلِّ فَإِنَّ فِى الصَّلاَةِ شِفَآءً
“Dari Rasulullah saw. bahwasannya Beliau melihat Abu
Hurairah tersungkur sambil memegang perutnya. Maka Rasulullah bertanya
kepadanya, ‘Apakah engkau sakit perut?’ Ia menjawab, ‘Benar’. Lalu Rasulullah
berkata, ‘Berdirilah dan shalatlah engkau, karena sesungguhnya di dalam shalat
itu ada obat.” (Tafsir Ath-Thabariy dan Ibnu Katsir).
5. Shalat
adalah Penghapus Dosa
أَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسِ وَالْجُمُعَةُ
إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَالَمْ تُعْسَ الْكَبَائِرُ
“Shalat
lima waktu dan shalat jum’ah kepada shalat jum’ah lagi adalah penebus dosa yang
dilakukan di antaranya selama dosa-dosa besar tidak dilakukan.” (H.R.
Muslim).
Oleh: Yusuf Awaludin | Buletin Tanwir 2012
No comments