APRIL MOP, Sejarah Kelam Umat Islam
Apa itu
April Mop?
April Mop disebut juga April Fool’s Day dalam
bahasa Inggris, Poissond’ Avril (ikan April) dalam bahasa Perancis dan Dia de los Santos Inocentes (hari anak tak
bersalah) dalam bahasa Spanyol.
Secara etimologi (bahasa) April berarti bulan
April dan Mop berarti lelucon. Jadi, April Mop berarti lelucon di bulan April.
Sedangkan istilah April Mop adalah hari dihalalkannya menipu dan berbohong
untuk sekedar memberi lelucon kepada orang lain yang dirayakan setiap tanggal 1
April.
Di Inggris, Australia, dan Afrika Selatan,
lelucon April Mop hanya dibolehkan sampai siang hari atau sebelum siang hari.
Sedangkan di Kanada, Perancis, Irlandia, Italia, Rusia, Belanda dan Amerika
Serikat, lelucon bisa dilakukan seharian penuh, yang pasti hanya ditanggal 1
April.
Perayaan April Mop ini belum sepopuler perayaan
New Year (tahun baru) dan Valentine’s Day (hari kasih sayang). Namun, kita
patut waspada terhadap siasat orang kafir. Mungkin saja perayaan April Mop ini
sedikit demi sedikit “diajarkan” kepada umat Islam. Sekali lagi, kitat patut
waspada. Kenapa? Karena, ada sesuatu yang “mengerikan” di balik perayaan ini.
Apa itu? Mari kita pelajari....
Sejarah April Mop
Bagi umat Kristen, April Mop merupakan
kemenangan besar atas umat Islam. Sebaliknya, bagi umat Islam, April Mop
merupakan sejarah kelam.
Awal kisah, April Mop dimulai dari satu episode
sejarah kaum Muslimin Vandalusia yang sekarang disebut Spanyol. Tepatnya tahun
1487 M, bertepatan dengan 892 H.
Spanyol berangsur tumbuh dan berkembang menjadi
negara yang subur dan makmur ketika Thariq bin Ziyad, berhasil menaklukan Raja
Roderick yang saat itu menguasai Spanyol dengan sangat zalim. Ia
mengklasifikasi rakyat Spanyol menjadi lima kelas. Kelima kelas tersebut adalah
(1) kaum bangsawan, keluarga kerajaan; (2) kaum pendeta, pegawai negara seperti
pengawal, penjaga istana dan pegawai kantor pemerintah (baca: PNS); (3) petani,
pedagang dan masyarakat berkecukupan; dan kelas para buruh, serdadu rendahan,
pelayan dan budak.
Pengkelasan masyarakat tersebut ditambah
kezaliman Roderick membuat rakyat Spanyol tidak nyaman dan sengsara. Banyak diantara
rakyat Spanyol berimigrasi ke Afrika Utara yang saat itu berada di bawah
Pemerintahan Islam dengan dipimpin Musa bin Nusair. Termasuk Gubernur Ceuta,
Julian, dan puterinya, Glorinda, pun ikut menjadi imigran.
Di sana mereka mendapatkan ketenangan hidup,
keadilan yang merata dan kesamaan hak. Padahal mereka bukanlah umat yang
beragama Islam. Namun, pada saat itu Islam benar-benar menjadi rahmat bagi
mereka.
Mendengar kezaliman yang diterima rakyat
Spanyol, Musa bin Nusair berencana ingin memerdekakan rakyat Spanyol sekaligus
menyampaikan Islam ke negeri Matador tersebut.
Setelah meminta izin Khalifah al-Walid bin
Abdul Malik, Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki
dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan
daratan Eropa.
Hari Kamis, 4 Ramadhan 91 H bertepatan dengan 2
April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal yang
4 buah diantaranya merupakan hadiah dari Gubernur Julian.
Pada malam hari tanggal 25 Ramadhan 91 H atau
23 April 710 H, pasukan yang dipimpin Abu Zar’ah ini mendarat di sebuah pulau
kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.
Petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan
beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan berarti. Padahal jumlah
pasukan Abu Zar’ah kalah banyak dibanding pasukan penduduk setempat.
Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah kembali ke
Afrika Utara. Nah, keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah inilah yang kemudian
mengompori semangat Musa bin Nusair, Gubernur Afrika Utara di bawah
kekhilafahan al-Walid, untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan
Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.
Senin, 3 Mei 711 M, Thariq bersama 70.000
pasukan menyeberang ke daratan Eropa menggunakan kapal. Sesampai di pantai
wilayah Spanyol, ia mengumpulkan seluruh pasukan di salah satu bukit karang
yang saat ini lebih dikenal dengan nama Gibraltar. Gibraltar diambil dari
bahasa Arab yakni “Jabal Thariq” yang berarti Bukit Thariq. Lalu ia mengintruksikan
pasukannya untuk membakar seluruh armada kapal yang mereka miliki.
Seluruh pasukan kaget bukan kepalang. Mereka
berasumsi, jika kapal dibakar, bagaimana mereka bisa kembali setelah peperangan
selesai?
“Kita
datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan,
menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!” tegas
Thariq sembari menghunuskan pedangnya.
Semangat berkobar dahsyat. Asa pun tetap
terjaga. Demi titah Allah, mereka siap melanjutkan perjuangan. Mati syahid atau
hidup mulia. Demikian jargon yang mampu memprovokasi mereka untuk bertahan dan terus
merangsak menuju medan perang.
Thariq pun melanjutkan briefing-nya.
“Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di
belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah,
satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu
yang dapat kalian andalkan” demikian motivasi Thariq kepada seluruh pasukan.
Akhirnya, atas izin Allah swt., Thariq dan
70.000 pasukannya berhasil menaklukkan Spanyol yang saat itu menjadi “bulan-bulanan”
Roderick. Merdekalah rakyat Spanyol dengan wasilah perjuangan Thariq,
referesentasi Islam.
Selain di Spanyol, pasukan Thariq pun
membebaskan Perancis. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan
sebagainya takluk di bawah “kaki” Thariq dan umat Islam.
Namun, meskipun sangat kuat, pasukan Islam tetap
memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah barat yang
berupa pegunungan. Dan, kedatangan Islam ke negara Spanyol pun menjadi
“matahari” yang menerangi jagat Spanyol.
Sikap baik yang ditunjukkan para penguasa Islam
terhadap masyarkat spanyol. Sehingga, rakyat Spanyol menjadi simpati dan
tertarik kepada umat Islam. Akhirnya
banyak rakyat Spanyol yang kemudian masuk Islam.
Umat Islam Spanyol sungguh-sungguh mengamalkan ajaran
Islam. Bukan saja membaca al-Qur'an, seluruh aspek kehiduapan pun mereka dasarkan dengan al-Qur'an. Keadaan
tenteram ini berlangsung selama hampir enam abad.
Selama itu pula lah orang-orang kafir yang masih berada
ada di sekitar Spanyol tanpa kenal lelah terus berusaha untuk men-sweaping
Islam di bumi Spanyol. Namun, gagal adalah akhir perjuangan yang kerap mereka
jumpai.
Untuk mengetahui letak kekuatan dan kehebatan umat
Islam, mereka melakukan spionase. Mereka memata-matai gerak-gerik dan kehidupan
umat Islam Spanyol.
Akhirnya mereka menemukan rumusan bagaimana cara
menghancurkan umat Islam. Rumusan tersebut adalah melemahkan iman umat Isam. Kemudian
rumusan tersebut ditindaklanjuti dengan merusak pemikiran dan budaya umat saat
itu.
Secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok
secara gratis ke wilayah Spanyol. Musik ditawarkan kepada anak-anak muda agar
lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca al-Qur'an. Selain itu, mereka mengirim
ulama-ulama palsu untuk nenanamkan ajaran-ajaran palsu sehingga umat Islam
Spanyol terpecah belah. Alhasil, upaya ini berhasil. Umat Islam menjadi lemah
imannya, lalai ibadahnya dan bobrok moralnya.
Spanyol pun jatuh dan dikuasai Salibis (pasukan perang
salib). Penyerangan salibis benar-benar brutal. Bukan hanya pasukan Islam yang
dibantai, penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua pun ikut
dibasmi. Maka, satu-persatu daerah di Spanyol jatuh ke tangan kaum salibis.
Granada merupakan daerah terakhir yang ditaklukkan. Orang-orang
Moor, sebutan untuk Penduduk Islam Spanyol, menyelamatkan diri di dalam rumah. Salibis
terus mengejar. Ketika jalan-jalan sudah sepi dan ribuan mayat berjejer tergenangi
darah-darah segar, pasukan salib mengetahui bahwa muslim Granada banyak yang
bersembunyi di dalam rumah.
Lantang dan tegas tentara salib meneriakkan pernyataan
bahwa umat Islam Granada bisa keluar rumah dengan aman dan dibolehkan meninggalkan
Spanyol membawa barang-barang keperluan mereka.
Umat Islam curiga dengan tawaran ini. Namun, beberapa
dari mereka meng-crosscheck. Mereka melihat sendiri kapal-kapal
penumpang yang sudah disiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar yakin, mereka
segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar keluar Spanyol.
Keesokan harinya, ribuan muslim Granada keluar rumah masing-masing
membawa barang-barang kebutuhan. Mereka berjalan menuju pelabuhan. Orang-orang Islam
yang tidak percaya, lebih memilih diam dan bersembunyi di dalam rumah.
Sampai di pelabuhan ribuan umat Islam Spanyol
berkumpul bersiap menaiki kapal. Dengan cepat, tentara salib menggeledah
rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Dari pelabuhan, kaum muslimin
melihat api membara menjilat-jilat langit. Ternyata pasukan salib membakar
rumah-rumah mereka bersama dengan orang-orang Islam yang masih bersembunyi di
dalamnya.
Sedangkan ribuan umat Islam yang berada di pelabuhan
pun hanya bisa terpana melihat kapal-kapal yang dijanjikan mengangkut mereka
keluar dari Spanyol dibakar hangus oleh tentara salib. Kapal-kapal itu pun tenggelam.
Dikepung tentara salib, ribuan umat Islam tidak
berdaya. Mereka tidak bersenjatakan apapun. Akhirnya atas intruksi pemimpin
pasukan salib, ribuan umat Islam dibantai
secara brutal. Tangis dan takbir membahana.
Sejarah Muslim Spanyol berakhir di pelabuhan itu.
Mereka habis dibantai dan dibunuh dengan kejam. Darah pun mengalir menggenangi
tanah-tanah pelabuhan. Kebiruan laut “ternodai” merahnya darah-darah segar
sehingga warnanya berubah menjadi merah kehitam-hitaman.
Sejarah kelam umat Islam tersebut bertepatan dengan 1
April. Inilah yang kemudian diperingati oleh umat Kristen sebagai April Mop
(The April's Fool Day). Hari kemanangan salibis atas umat Islam. Hari
dibumihangsukan-nya Umat Islam Spanyol. Oleh karena itu, April Mop dirayakan dengan
dibolehkannya menipu dan berbohong kepada orang lain sebagai lelucon.
Falsafahnya, pasukan salibis pun membohongi dan menipu umat Islam Spanyol saat
itu demi kemenangan mereka.
Sikap Umat
Mewaspadai agar perayaan April Mop tidak
menjangkiti umat merupakan sikap yang tepat. Selain itu, kaca sejarah
latarbelakang April Mop mesti kita pelajari. Apa pasalnya?
Pertama, umat Islam saat ini memiliki penyakit
yang bernama “latah”. Ini bahaya. Setiap ada perayaan, ikut. Setiap ada acara,
ikut juga. Padahal perayaan dan acara tersebut bukanlah ajaran yang dibenarkan
agama. Oleh karena itu, umat wajib memiliki pengetahuan luas (ekstensif) dan
mendalam (intensif) sehingga tidak mudah tertipu dan terbodohi. Dengan begitu,
umat Islam akan tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh.
Kedua, mempelajari sebab hancur leburnya umat
Islam pada peristiwa yang kemudian dirayakan sebagai April Mop, kita mesti
memperkokoh keimanan kepada Allah. Kemudian dibuktikan dengan loyalitas (ketaatan)
yang tinggi. Dan, diperindah dengan integritas (akhlak) yang mulia. Inilah umat
Islam yang sesungguhnya. Beraqidah kuat, beribadah shalih, dan berakhlak
mahmudah.
Pada akhirnya, dengan ilmu yang
ekstensif-intensif dan penananman trilogi agama (aqidah, ibadah, dan akhlaq)
secara benar, insya Allah kita akan menjadi umat yang kuat, umat yang terbaik, umat
yang dijanjikan kemenangan oleh Allah swt..
Oleh: Yusuf Awaludin | buletin tanwir 2012
No comments