Komunitas Blogger Kristen Angkat Bicara Tentang Valentine's Day
Dilihat dari sudut pandang netral Hari Kasih Sayang atau yang lebih modern disebut sebagai Hari Valentine (Valentine's Day), jelas berasal dari suatu ritual paganisme, ritual satanis, yang penuh kemaksiatan. Ritual kuno ini di zaman Romawi dikenal sebagai Lupercalia Festival, dimana para pemuda dan pemudi diperbolehkan melakukan kemaksiatan di mana pun mereka mau. Agama Kristen yang datang kemudian dan menjadi agama resmi Roma di saat Kaisar Konstantin, mengadopsi ritual ini dan memolesnya dengan mitos Santo Valentinus yang oleh gereja sendiri diakui tidak bisa dipastikan asal-muasalnya.
Belakangan, pada sekitar tahun 1960-an, Gereja Vatikan menghapus perayaan Valentine ini dari Kalender Gereja dan melarang umatnya untuk ikut-ikutan merayakan ritual tersebut karena jelas-jelas tidak berdasar. Namun kian hari perayaan Valentine kian mendapat tempat di banyak anak-anak muda dunia. Hal ini ada dua kemungkinan yang bisa menjawabnya.
Pertama, para pebisnis melihat perayaan Hari Valentine merupakan sebuah momentum yang sangat bagus untuk dieksploitasi dan dijadikan ajangn ‘perayaan bisnis’ guna meraup keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Sebab itulah, para pebisnis ini setiap tahun selalu saja ‘mempertahankan’ bahkan ‘menyuburkan’ perayaan Hari Valentine ini dan mengindoktrinasikan kepada otak anak-anak muda seluruh dunia bahwa Hari Valentine merupakan Hari Kasih Sayang yang harus dirayakan secara spesial. Hari di mana seorang kekasih harus menunjukkan perhatian dan besar rasa kasih sayangnya kepada pasangannya masing-masing. Caranya? Ya dengan membeli berbagai produk yang dikeluarkan oleh para pebisnis seperti cokelat spesial berbentuk hati, boneka, bunga, kartu ucapan, bahkan di malam Hari Valentine, para pebisnis juga menanamkan pemikiran mereka bahwa belumlah komplit cinta mereka jika di Hari Valentine tidak dirayakan dengan makan malam berdua dalam suasana romantis di cafe-cafe dan hotel-hotel, nonton bioskop berdua, dan berakhir dengan membooking satu kamar hotel atau penginapan untuk menghabiskan malam spesial bersama pasangannya hingga matahari terbit keesokan harinya. Secara esensi hal ini sangat mirip dengan Lupercalia Festival berabad silam. Dan masyarakat Barat banyak yang memang sudah rusak secara norma dan nilai-nilai keagamaan, kian terjerumus ke dalam lembah permisifme yang dalam. Ironisnya, hal ini secara latah tanpa reserve diikuti oleh generasi muda yang berada di luar Barat dengan alasan modernisasi. Maka menjadi lengkaplah kerusakan generasi muda dengan adanya perayaan ini.
Kedua, kelakuan para pebisnis yang terus memelihara eksistensi perayaan Valentine didasari oleh dua motif di mana antara satu dengan yang lainnya saling terkait. Yang pertama adalah motif ekonomi yakni memanfaatkan semua celah untuk bisa dieksploitasi guna bisa mendatangkan keuntungan materi sebanyak mungkin, dan kedua, hal ini juga selaras dedngan indoktrinasi para ‘Tetua Yahudi’ yang dirumuskan dalam agenda bersama Gerakan Zionis Internasional ‘The Protocolat of Zionis’ (disahkan dalam Konferensi Zionis Internasional I di Basel-Swiss, tahun 1897). Kelompok-kelompok klandestin yang menggerakkan banyak konglomerat dunia ini menunggangi gereja agar dunia menganggap Valentine's Day merupakan salah satu hari raya Kristen. Banyak yang terkecoh dan menerima hal yang sesungguhnya tidak tepat, sehingga Hari Valentine kadung dikenal sebagai bagian dari kekristenan sekarang ini. Padahal hal itu tidak benar sama sekali karena Injil tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang Valentine. Banyak kalangan gereja sendiri menyatakan bahwa perayaan Valentine merupakan salah satu bentuk heresy (bid'ah) di dalam Kekristenan yang harus dihindari.
Kita dimanfaatkan oleh suatu kaum yang terkenal pintar dan cerdik, yaitu kaum yahudi. Coba anda cari di internet mengenai sejarah kaum ini, kaum ini adalah musuh bebuyutan kita, namun pada suatu titik, mereka pura-pura menyerah dengan masuk Kristen, namun dalam hati mereka tetap menjalankan kepercayaan mereka, dan berusaha merubah gaya hidup kita, mengikuti mereka. Dan mereka paling tidak suka disebut Yahudi. THE TRUTH IS OUT THERE.
Source: sabdaspace.org
No comments