KAUM-KAUM YANG DIBINASAKAN
Hukum Kausalitas
Allah menciptakan hukum
kausalitas bahwa tidak ada asap jika tidak ada api, tidak ada akibat jika tidak
ada penyebabnya. Hukum kausalitas ini merupakan bagian dari takdir Allah yakni
takdir mu’allaq, takdir yang relevan dengan ikhtiar manusia.
Jika Anda ingin mendapat rezeki, maka
Anda harus menempuh upaya maksimal baru takdir Anda mendapatkan rezeki akan
terwujud. Jika Anda ingin memeroleh ilmu (baca: pintar, paham) maka mencari
ilmu adalah niscaya bagi Anda. Jika Anda ingin sehat dan ‘afiyat, maka
pola hidup sehat mesti Anda jaga. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari
contoh-contoh hukum kausalitas.
Kita kerucutkan masalah dalam tulisan
ini. Ketika bencana melanda sebuah bangsa kira-kira dengan analisa yang tepat,
apa penyebabnya?
Pertanyaan ini perlu dijawab karena
hanya ada dua kemungkinan bencana terjadi, yakni bencana sebagai siksa dan
bencana sebagai ujian. Kedua kemungkinan ini tidak akan bersatu dalam sebuah
musibah. Oleh karena itu, musibah yang datang hendaknya direnungkan sehingga
akan diketahui apa sebab dari bencana yang terjadi.
Antara Siksa dan Ujian
Wajar jika ada orang tua
menghukum anaknya dengan pukulan pendidikan ketika si anak enggan mendirikan
shalat. Selain sebagai aplikasi sunnah, ini terkait dengan pendidikan. Dalam
arti lain untuk mendidik itu perlu adanya alat pendidikan berupa “siksaan” (punishment).
Tujuannya, agar si Anak sebagai peserta didik dalam keluarga tidak melakukan
kesalahan berulang. Semacam ada peringatan dalam “siksaan” ini.
Begitu pun dengan Allah sebagai Penguasa
manusia. Ketika manusia berbuat salah, menentang syari’at dan menganggap Quran
itu kultur yang tidak adapted, maka sebuah kewajaran Allah menghukumnya.
Demikianlah yang terjadi pada kaum-kaum
terdahulu, tepatnya kaum-kaum para nabi dan rasul. Disebabkan sikap penentangan
terhadap kebenaran nabi, rasul dan ajaran yang dibawanya, Allah menghukum
mereka dengan bencana-bencana hebat.
Sebagai bahan pelajaran dan untuk memperkuat
eksistensi iman di dalam hati, mari kita analisa kisah bencana-bencana yang
terjadi pada umat terdahulu.
1. Kaum Saba`
Kaum Saba' adalah satu di
antara empat peradaban besar yang hidup di Arabia Selatan. Ibukota Saba' adalah
Ma'rib yang sangat makmur. Letak
geografisnya sangat menguntungkan dan sistem pengairan mereka pun cukup hebat.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran,
kaum Saba' hidup di suatu daerah yang indah
luar biasa. Kebun-kebun anggur yang subur terletak di jalur perdagangan. Negeri
Saba` memiliki standar kehidupan yang elite dan menjadi salah satu kota yang
terkenal di masa itu.
Dalam keadaan makmur tersebut ternyata
negeri Saba` berpaling dari Allah, bahkan mereka mengaku bahwa semua kekayaan
adalah milik mereka. Pembangkangan kaum Saba` dari seruan Allah mengakibatkan Allah
menghukum mereka dengan mengirimkan banjir besar sehingga apa yang mereka
miliki pun punah ditelan banjir. Selain itu, dua kebun mereka yang menjadi
komoditi berubah menjadi kebun yang berbuah pahit, pohon Atsl semacam
cemara dan pohon Sidr semacam bidara (QS Saba` [34]: 15-17).
2. Kaum Nabi Luth
Kaum Nabi Luth dikisahkan
dalam al-Quran sebagai kaum yang amoral. Mereka adalah kaum yang homoseksual
dan lesbi. Mereka mencintai dan menikah dengan sesama jenis. Laki-laki
dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan.
Selain itu, kaum Nabi Luth
adalah kaum yang membangkang dari dakwah tauhid. Akhirnya Allah mengadzab
mereka dengan suara keras mengguntur dan hujan
batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya
tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Asy-Syu'ara [26]: 160-170, an-Naml [27]: 54, al-Hijr [15]: 67).
3. Kaum ‘Ad
Kaum ‘Ad adalah kaumnya Nabi Hud. Mereka mendustakan dan tidak menerima
ajaran yang dibawa nabinya. Dengan sikapnya itu, mereka dihadiahi oleh Allah
angin kencang yang disertai gemuruh menggelegar sehingga mereka bergelimpangan
bagaikan pohon kurma tumbang dengan akarnya (QS al-Qamar [54]: 18-20).
4. Kaum Tsamud
Kaum Tsamud atau nama lainnya Ashabul Hijr (penduduk
Hijr) adalah kaum Nabi Shalih. Mereka merupakan kaum yang memiliki kehebatan
dalam bidang arsitektur. Dalam al-Quran digambarkan, Kaum Tsamud mampu membuat
istana-istana di tanah datar dan memahat gunung-gunung batu menjadi tempat tinggal.
Mereka mengingkari kenabian
Nabi Shalih. Bahkan mereka menyembelih unta mukjizat Nabi Shalih. Unta tersebut dibuat dari batu yang kemudian dihidupkan oleh Nabi Shalih.
Karena perbuatannya itu, mereka disambar petir dan diguncang gempa yang dahsyat
sehingga mereka menjadi mayat yang bergeletakkan di tempat tinggal mereka (QS
al-A’raf [7]: 73-79).
5. Kaum Madyan
Kepada Kaum Madyan diutus Nabi Syu’aib yang terkenal dengan gelar Khathibul
Anbiya (nabi yang ahli berkhutbah)
karena kehebatan argumentasi saat berdebat dan ceramah. Namun, ajaran tauhid
yang dibawa Nabi Syu’aib ditolak mentah-mentah. Meraka banyak berkilah dari
ajakan nabinya.
Akhirnya, Allah menurunkan
adzab kepada mereka. Allah mengirimkan kepada mereka cuaca yang begitu panas
yang membuat tanaman kering, sumur kering, dan susu hewan habis. Maka,
orang-orang pun keluar mencari kesejukan, lalu mereka menemukan awan hitam yang
sebelumnya mereka kira sebagai hujan dan rahmat, sehingga mereka berkumpul di
bawahnya, kemudian ditimpakan kepada mereka bunga api yang membakar dan api
yang bergejolak dan membakar mereka. Bumi pun
berguncang dan mereka ditimpa suara yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka
sehingga mereka menjadi jasad-jasad yang mati bergelimpangan (QS al-A’raf [7]:
88-93).
Analisa Sederhana
Sebenarnya masih banyak kaum-kaum terdahulu yang diadzab oleh Allah. Saya
kira, cukup lima kaum sebagai sampel bahwa bencana itu datang karena ada sebab
terlebih dahulu.
Dari lima kisah tersebut,
sebab yang mengundang datangnya bencana bersifat spiritualitas. Penentangan
terhadap ajaran para nabi menjadi sebab utama adzab yang mereka alami. Selain
itu, pelecehan agama, olok-olok syariat,
stigma negatif terhadap para nabi (juru dakwah) pun merupakan sebagian dari
sebab adzab mereka.
Ibrah untuk Bangsa
Oleh karena itu, ketika suatu bangsa ditimpa bencana, yang mesti lebih
diutamakan evaluasinya adalah evaluasi terhadap sikap spiritualitas. Jangan
dulu menyatakan bahwa ini merupakan gejala alam, ini karena alam sudah terlalu
tua, ini adalah human
error. Persepsi ini menunjukan suatu kejahilan. Kenapa kejahilan?
Ya, banyak kisah yang terjadi
pada kaum terdahulu, yang memberikan informasi bahwa jika Allah, Nabi, Rasul
dan syari’at yang dibawanya tidak digubris bahkan dianggap tidak relevan dengan
jaman sehingga perlu revisi dan rekontruksi syari’at, maka adzab Allah tokcer
akan ditimpakan.
Sebagaimana diungkap dalam
al-Quran, jenis adzab yang diterima kaum-kaum pembangkang itu berbeda-beda. Ada
yang diadzab dengan banjir bah, gempa dahsyat, hujan batu, suhu dingin, dll..
Meskipun berbeda-beda, esensi sebabnya hanya satu, yakni mengingkari syari’at
Allah SWT.
Oleh karena itu, solusi agar
terhindari dari bencana sebagai siksa adalah menjunjung tinggi syari’at agama yang dibawa oleh Rasulullah
saw.. Di dalam syari’at yang terjunjung tinggi akan lahir pribadi-pribadi yang
kokoh bertauhid, nyunnah beribadah, dan mulia dalam attitude
(akhlak).
Selama penduduk suatu bangsa
beriman kepada Allah, kemudian mewujudkan imannya dengan amal saleh dan dihiasi
akhlak yang mulia, maka selama itu pula Allah melindungi mereka dari adzab-Nya.
Sebagai representasi ayat, bisa dilihat QS al-Anfal (8) ayat 33.
Jadi, jika saat ini suatu
bangsa gencar dilanda bencana, mari introspeksi, sejauh mana ketaatan kepada
syariat? Sejauh mana ketakwaan bangsa tersebut? Jika ternyata nilai taat dan
takwanya rendah yang dimanifestasikan dengan berbagai hal negatif seperti
korupsi di segala sektor, prostitusi merajalela, perbuatan amoral dilakukan
mulai oleh anak SD sampai kakek-kakek; maka bencana yang terjadi merupakan warning
dari Allah SWT. Perubahan mesti segera dilakukan.
Hanya kepada Allah kita
memohon pertolongan. Semoga kita dilindungi dari keburukan makhluk-Nya.
Oleh: Yusuf Awaludin
No comments