7 Kiat Menghadapi Ujian Hidup
Life is
Never Flat
Kehidupan
di dunia tidak pernah datar dan lurus-lurus saja. Life is never flat and
life is never straight. Pengusaha sukses tidak akan selamanya sukses suatu
saat ia harus besiap menghadapi kerugian. Pelajar yang pintar nan cerdas tidak
akan selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata, suatu saat ia harus siap
dengan nilai yang tidak memuaskan. Orang yang badannya selalu sehat, harus siap
jika suatu hari tubuhnya dilanda kesakitan. Di suatu waktu, kebahagiaan tiba
memenuhi ruang di dalam hati, tapi di lain waktu seseorang harus siap ketika
kesedihan kunjung.
Ini adalah wujud bahwa semua yang ada di dunia ini diciptakan oleh
Allah swt. secara berpasangan dan semuanya tidak pernah diam dalam suatu
keadaan. Terus berputar, silih berganti.
Dua Macam
Ujian
Kita
sering merasa bahagia jika yang terjadi pada diri kita adalah sesuatu yang kita
harapkan, sesuatu yang kita inginkan dan kita cita-citakan. Kaya raya, bisnis
sukses, memiliki tubuh yang selalu sehat, memiliki keluarga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah. Itu adalah beberapa contoh harapan dan
keinginan hidup.
Sebaliknya,
kita merasa sengsara, sedih, dan berduka ketika mendapatkan segala hal yang
tidak kita inginkan. Misalnya, sakit. Siapa yang mau sakit? Tidak akan ada kan,
karena semua orang hanya menginginkan sehat. Misalnya juga bangkrut. Siapa
pengusaha yang ingin usahanya gulung tikar? Oh... tidak bisa! Begitu kata Sule,
he... Atau tidak lulus Ujian Nasional (UN) yang momok menakutkan bagi para
pelajar kelas IX dan XII. Saya kira tidak ada pelajar yang ingin gagal UN,
semuanya pasti hanya menginginkan satu kata saja tidak yang lain yaitu
L-U-L-U-S alias lulus.
Islam
memandang bahwa bagaimana pun kondisi yang sedang terjadi, semua adalah ujian
kehidupan. Mau kesenangan atau kesengsaraan, mau kebahagiaan ataupun kesedihan,
dua hal ini adalah ujian. Dan, memperkuat realitas tersebut, Ibnu Abbas
mengungkapkan bahwa sesungguhnya dunia adalah ruang ujian. Innaddun-yā dārul
balā. Demikian tegasnya.
Namun,
kebanyakan manusia baru merasa sedang diuji oleh Allah ketika mendapatkan
sesuatu yang tidak diharapkan kedatangannya. Jika ini terjadi pada diri
seseorang, Umar bin Khathab lebih dahsyat menegaskan bahwa orang tersebut
adalah makhdū’un ‘an ‘aqlihi, tertipu oleh akalnya sendiri. Pertanyaan
saya adalah, mungkinkah ada orang yang tertipu oleh akalnya sendiri? Jika ada,
orang tersebut adalah orang yang sangat bodoh. Dan label ini diberikan Umar
putra Khathab kepada orang yang tidak merasa sedang diuji oleh Allah dengan
segala bentuk kesenangan hidup.
Menyikapi
Ujian Hidup
Berdasarkan
pemaparan di muka, ujian hidup dibagi menjadi dua, yaitu ujian berupa
kesenangan dan ujian berupa kesengsaraan. Ujian kesenangan diistilahkan dengan al-minhatu
dan ujian kesengsaraan dilambangkan dengan al-mihnatu.
Lalu,
bagaimanakah kiat-kiat dalam menghadapi kedua ujian tersebut? Untuk ujian
kesenangan, sudah pasti bahwa sikap terbaik kita adalah bersyukur kepada Allah
atas segala karunia yang diberikan. Syukur yang ditanamkan di dalam hati
kemudian tumbuh menjadi amal-amal baik amaliyah lisan maupun amaliyah badan,
akan menjadi penambah karunia dan nikmat. Allah swt. berfirman, ”Dan (ingatlah
juga), ketika Rabb kalian memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (Q.S. Ibrahim
[14]: 7).
Yang akan
saya kaji secara fokus pada ruang ini adalah bagaimana kita menghadapi al-mihnatu
atau ujian kesengsaraan (menurut penilaian manusia)?
1. Yakini
bahwa yang terjadi adalah takdir Allah swt.
Jurus
pertama dalam menghadapi ujian hidup adalah tanamkan keyakinan bahwa apa yang
sedang terjadi merupakan takdir Allah dan takdir Allah tidak akan salah sasaran
serta tidak akan ada yang mampu menahannya. Yakini juga bahwa ketika Allah
menghendaki sesuatu terjadi kepada kita, itulah yang terbaik untuk kita karena
Allah Mahaadil dan tidak pernah menzalimi hamba-hamba-Nya. Sekali lagi, Allah
tidak akan pernah menzalimi hamba-hamba-Nya. Musibah yang terjadi pada
hakekatnya adalah kebaikan yang sedang Allah berikan.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ إِلاَّ
بِإِذْنِ اللهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ
عَلِيْمٌ
“Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya, dan Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.” (Q.S. At-Taghabun [64]:
11).
Beriman
terhadap takdir Allah akan membuat hati kita berada dalam hidayah Allah. Justru
pikiran akan menjadi “gelap” saat hati kita merasa sangat sengsara dengan ujian
yang diterima. Insya Allah, orang yang mengimani bahwa musibah itu bagian dari
jalan hidup yang Allah gariskan, ia akan merasa tenang dan ketenangan akan
mempercepat pemecahan masalah, insya Allah.
2. Beban
ujian setara dengan kekuatan diri
Bobot
ujian yang menimpa sebanding dengan kekuatan diri dalam menghadapinya. Jika
pundak kita mampu memikul beban sampai 100 kg, misalnya, maka beban ujian yang
Allah berikan tidak akan melebihi 100 kg. Demikian ilustrasinya.
Nah,
karena fitrah ujian adalah setara dengan kekuatan diri, jurus jitu selanjutnya
adalah yakini bahwa kita mampu menghadapinya. Tetapi, banyak diantara kita yang
merasa begitu sengsaranya sampai berkeluh kesah dengan ujian yang dihadapinya.
Ini adalah akibat yang muncul karena kurangnya keyakinan terhadap fitrah ujian
tersebut sebagaimana difirmankan dalam al-Quran:
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ
وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَ عَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 286).
Yakinlah bahwa kita bisa menghadapi
ujian yang ditimpakan, insya Allah...
3.
Lapangkan hati
Jika
sesendok garam dilarutkan ke dalam segelas air, bagaimana rasanya? Pasti asin,
bukan? Lalu, jika sesendok garam dilarutkan ke dalam air sekolam, bagaimana
rasanya? Pasti tetap tawar.
Demikianlah
gambaran ujian yang Allah berikan. Jika hati kita sempit, ujian sekecil apapun
akan terasa berat. Sebaliknya, jika hati kita lapang, ujian seberat apapun insya
Allah akan terasa ringan.
Trik agar
hati kita lapang adalah berdzikir kepada Allah setiap saat termasuk ketika
mendapat ujian. Dzikir kepada Allah akan menenangkan hati kita dan hati yang
tenang adalah hati yang lapang yang akan memperingan bobot ujian hidup.
اَلَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ تَطْمَئِنُّ
قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. ar-Ra’du [13]: 28).
4.
Buatlah perbandingan bobot ujian dengan yang lebih berat
Selanjutnya,
buatlah perbandingan bobot ujian dengan yang lebih berat. Misalnya, uijan
berupa rasa sakit. Padahal sudah diperiksakan ke dokter tapi masih belum
menemui kesembuhan sehingga terkadang ada yang menyesali keadaan atau bahkan
mempertanyakan keadilan Allah, na’udzubillāhi min dzālik (kita
berlindung kepada Allah dari hal tersebut).
Dalam
keadaan seperti itu, coba bandingkan bobot ujian yang kita rasakan dengan
sahabat kita yang saat itu juga sedang mengalami rasa sakit. Sementara saat
sakit kita masih bisa buang air sendiri tanpa harus dipapah berjalan ke jamban
atau dibantu prosesnya, sahabat kita harus diapapah dan dibantu proses buang
airnya. Sahabat kita pun masih untung bisa ke jamban buang airnya meskipun
harus dipapah dan dibantu, yang lain harus buang air di tempat berbaringnya
menggunakan selang. Terus demikian, lakukan perbandingan dengan yang bobot
ujiannya lebih berat. Insya Allah ini akan membuat kita bersyukur dalam lautan
musibah.
5.
Jemputlah solusi, jangan menunggunya!
Hukum
kausalitas mengatakan bahwa tidak ada asap kalau tidak ada api. Ada akibat
karena ada sebab dan keduanya selalu selaras dalam muatannya. Jika ingin
mendapat akibat yang baik, maka ciptakanlah sebab yang baik. Itu kata kuncinya.
Dalam
cobaan pun berlaku hukum kausalitas. Jemputlah solusi, jangan menunggunya!
Berikhtiarlah mencari jalan keluar karena yakinlah bahwa Allah memberikan masalah
satu paket dengan jalan keluarnya. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan
keluarnya. Likulli dā`in dawā`un, untuk setiap penyakit ada
obatnya. Demikian sabda Rasulullah saw. sebagai representasi dari seluruh
permasalahan hidup.
Jika saat
ini Anda sedang sakit, berobatlah secara total dan sekemampuan diri. Berobat
adalah bagian dari pencarian jalan keluar agar segera sembuh. Begitu pula untuk
seluruh masalah hidup, berikhtiarlah menjemput solusi.
6. Jangan
lupa berdoa kepada Allah swt.
Rasulullah
saw. bersabda:
الدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ ،
وَعِمَادُ الدِّينِ ، وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
“Doa
adalah senjata orang beriman, tiangnya agama dan cahaya langit dan bumi”. (H.R. Hakim dari Abu
Hurairah. Al-Hakim berkata, “Sanadnya shahih”).
Banyak-banyak
lah berdoa kepada Allah ketika cobaan dirasa berat. Insya Allah doa adalah satu
kiat yang akan membuat hati tenang dan tersemangati. Selain berdoa sendiri,
minta pula lah doa kepada orang lain termasuk kepada orang saleh yang masih hidup.
Sehingga banyak “senjata” yang dilancarkan kepada Allah sebagai upaya untuk
mendapatkan solusi.
7.
Tawakalkan sepenuhnya kepada Allah
Ketika
sudah mengupayakan segala daya, serahankanlah urusannya kepada Allah. Jika
segala urusan diserahkan kepada Allah, insya Allah jaminan solusi sudah di
tangan. Logikanya adalah, Allah Mahatahu tentang diri kita, tentang apa yang
kita rasakan, tentang apa yang kita inginkan dan tentang apa yang sedang
diupayakan, maka Allah akan memenuhi hajat kita jika kita menyerahkan urusan
kepada-Nya.
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.
وَبَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْئٍ قَدْرًا
“… Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah membuat
ketentuan bagi segala sesuatu”.
(Q.S. ath-Thalaq [65]: 2-3).
Ingat sekali lagi
bahwa hidup itu tidak pernah datar tapi gerinjul dan hidup juga tidak
lurus terus melainkan berkelok. Semoga kita termasuk golongan orang yang ketika
ditimpa ujian baik al-minhatu maupun al-mihnatu, kita bisa
melaluinya dengan sukses yang pada akhirnya kita naik ke tingkat yang lebih
tinggi.
Salam
perjuangan...!!!
Oleh: Yusuf Awaludin
No comments