LAGU ISABELA; Kisah Kehancuran Umat Islam Di Spanyol
Sejak
beberapa hari yang lalu, televisi kita banyak memutar kembali lagu lawas yang
berjudul Isabella, lagu impor dari Malaysia tersebut pada sekitar awal tahun
90an yang lalu memang pernah meledak di pasaran Indonesia, lagu yang dahulu
dipopulerkan oleh group band Search tersebut kini bahkan di repackaged (didaur
ulang kembali) oleh salahsatu Band ternama di Indonesia, seolah memanfaatkan
momen demam musik melayu yang melanda negeri ini sekarang, grup band tersebut
tampaknya ingin mengulang sukses pendahulunya, group band Search ketika
membawakan lagu ini, dan tanda-tanda ledakan kedua lagu Isabella ini sudah
tampak, salah satu sinetron disalahsatu stasiun tv nasional yang berjudul sama
(Isabella) juga siap mengusung lagu ini sebagai soundtracknya.
Tapi
tahukah kawan, lagu ini sebenarnya tidak lebih dari prasasti kepiluan Umat
Islam Andalusia (Spanyol), setiap alunan lagu ini adalah seperti membuka
kembali kepedihan yang pernah dialami umat Islam di wilayah Granada (Spanyol
bagian Selatan) di akhir abad 15 tersebut, mendengar
lagu ini adalah seperti memaksa kita untuk mengingat-ingat terus akan
penderitaan Umat Islam Andalusia pada waktu itu, lirik lagu ini seakan ingin
mengabadikan ‘kemenangan besar’ kaum Katholik atas kaum Muslimin disana, judul
lagu ini bahkan seperti sedang menyanjung sang aktor intelektual dibalik
peristiwa bengis yang dialami umat Islam waktu itu, yaitu Ratu Isabella.
Sejarah
mencatat, pemusnahan etnis dan agama pertama dan terbesar di Eropa terjadi
ketika Isabella I (Ratu Castile) dan suaminya, Ferdinand V (Raja Aragon)
berhasil menggulingkan pemerintahan Sultan Muhammad XII (Kesultanan Islam
terakhir di Granada) pada 2 Januari 1492 M., sejak saat itu, runtuhlah kejayaan
Islam di Andalusia setelah bertahan selama lebih dari 8 abad, dan dimulailah
abad kegelapan bagi Umat Islam Andalusia.
Dibawah
kendali Isabella dan suaminya (Ferdinand) umat Islam Granada diberikan 3 pilihan
yang sulit, pertama- masuk agama mereka (Katholik), kedua- Keluar dari Tanah
Air (Andalusia), Ketiga- kalau tidak mau keduanya (masuk katholik dan keluar
Andalusia) akan dibunuh dengan cara dibakar, beberapa diantara kaum Muslimin,
demi kelangsungan hidupnya lebih memilih opsi pertama (masuk Katholik), akan
tetapi paling banyak adalah yang mempertahankan keislamannya, meskipun harus
terusir dari tanah airnya, meskipun harus mati terpanggang, akibatnya bisa
ditebak, ribuan Muslim meninggal baik karena dibakar maupun karena kelaparan
didalam perjalanan keluar dari tanah airnya, dan ratusan ribu yang lainnya
terusir dan kemudian tinggal disekitar pantai Utara Maroko dan Tunisia (Afrika
Utara) dan sebagian wilayah Turki.
Tidak
itu saja, semua masjid di Granada kemudia dialih fungsikan menjadi gereja
katholik, termasuk Masjid Kordoba yang megah itu, yang sejak saat itu berubah
menjadi Gereja Santa Maria de la Sed, perpustakaan-perpustakaan Islam
dikeluarkan isinya, kemudian ratusan ribu buku-bukunya dibakar habis, maka
peradaban Islampun hilang dari bumi Andalusia (Spanyol) hingga saat ini, yang
tersisa hanya cerita-cerita tentang kejayaan Islam zaman dahulu melalui
peninggalan-peninggalan yang masih ada seperti istana Al-Hambra dan masjid
Kordoba yang tersohor seantero dunia tersebut.
Perhatikan
dengan seksama reffrent lagu Isabella tersebut :
Reff:
Dia isabella, lambang cinta dan prahara
Terpisah karena adat yang berbeda
Cinta gugur bersama daun-daun kekeringan
Dia isabella, lambang cinta dan prahara
Terpisah karena adat yang berbeda
Cinta gugur bersama daun-daun kekeringan
Lambang
Kekuatan Cinta Isabella dan Ferdinand yang mempersatukan dua kerajaan Katholik
besar (Castile dan Aragon), yang akhirnya bisa menggulingka pemerintahan Islam
Granada yang sudah bertahan 8 abad lebih, namun darinya kemudian menimbulkan
prahara kemanusiaan yang hebat bagi kaum Muslimin Granada.
Kaum
Muslimin Granada harus berpisah dengan Tanah airnya hanya karena agama yang
berbeda dengan penguasa baru Granada (Isabella dan Ferdinand).
Cinta
mereka (Isabella dan Ferdinand) jatuh bersama kaum Muslimin yang mati kelaparan
karena terusir dari Tanah Airnya maupun karena mati terbakar laksana daun-daun
kekeringan.
Jadi
masihkah kita ingin mendengar lagu tersebut, akankah kita biarkan anak-anak
kita menyanyikan lagu kemenangan Isabella atas penderitaan kaum muslimin
Granada tersebut, jawaban selanjutnya ada pada anda sendiri??
Sumber: kaifa10.wordpress.com
No comments