MERDEKA ADALAH KEMANDIRIAN, Kisah Inspiratif
Bulan Agustus merupakan
bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Peristiwa deklarasi kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17Agustus 1945 menjadi momen yang paling
berharga bagi Bangsa Isndonesia. Maka pantas bulan Agustus disebut juga bulan kemerdekaan.
Di tengah-tengah
meriahnya peringatan kemerdekaan, ada pemandangan unik sekaligus pelajaran
berharga dari seorang lansia yang mengaku bernama Bapak Uhing. Beliau
berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling, sudah sejak lama beliau menekuni
profesinya tersebut.
Pria berumur 80 tahun
tersebut berasal dari Cigalontang-Singaparna. Terlihat raut kelelahan yang
menunjukan raganya sudah tidak sekuat tekad dan semangatnya, dan disitulah
letak pelajaran berharga dimomen kemerdekaan ini.
Meskipun beliau
menyadari bahwa kini raganya sudah tidak seperti dulu, beliau tetap semangat
untuk berikhtiyar mencari nafkah halalan-thayyiban bagi keluarga
tercintanya. Sangat ironi jika kita bandingkan dengan beberapa kisah
orang-orang yang tertentu yang menghalalkan segala cara demi kebutuhan syahwat-nya,
padahal kondisinya lebih beruntung dari Pak Uhing.
Sudah 2 hari sejak hari
Jum’at (18/08/2017) Pak Uhing tidak pulang ke kediamannya di
Cigalontang, Singaparna dengan harapan bisa pulang dengan membawa nafkah yang cukup
untuk keluarganya. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Beliau kehabisan bekal
untuk sekedar kebutuhan pangannya, apalagi untuk ongkos pulang, dan beliau
memilih untuk tetap berusaha menjajakan jasa sol sepatunya ditengah kondisinya
yang mulai lemah! Subhaanallaah.
Dengan izin Allah SWT.,
hari Ahad (20/08/2017) beliau menjajakan jasanya ke kediaman salah seorang tim amilin
Pusat Zakat Umat Cihideung Kota
Tasikmalaya. Selagi Pak Uhing melakukan keahliannya, beliau berbincang
mengenai kisahnya yang bagi kami sarat dengan hikmah tersebut. Sebelum adzan
dzuhur Pak Uhing sudah menyelesaikan tugasnya dan beliau pamit untuk
melanjutkan berkeliling menjajakan jasanya.
Bagi beliau, kemerdekaan
bukan bersorak dipinggir lapangan menyaksikan beraneka perlombaan khas agustusan,
bukan pula menyaksikan lantunan merdu biduan dangdut, apalagi ikut
berjoget. Usianya yang lebih tua dari umur kemerdekaan Bangsa ini tentu sudah
cukup untuk menjelaskan pengalaman dan pemahaman beliau mengenai kemerdekaan.
Lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, lagu kepahlawanan tidak lagi hanya sebagai
hiasan bibir semata, bahkan sudah meresap dan mendarah daging. Hal itu
ditunjukan dengan kabulatan tekad dan semangatnya untuk tetap mandiri meski
diusia yang sudah udzur.
Merdeka adalah
kemandirian. Merdeka adalah “Laa Ilaaha Illallaah”. Itu yang kami pahami
dari Pak Uhing. Tak kata yang pantas kami ucapkan kepada beliau salain
ucapan terimakasih dan do’a, semoga beliau dan keluarga diberkahi dan dirahmati
Allah SWT. Dan semoga bangsa ini dihuni oleh orang-orang yang memiliki semangat
dan tekad kemerdekaan seperti beliau.
Kami generasi muda
banyak berhutang kepada para pejuang seperti beliau. Melalui kisahnya, semoga
kami dapat lebih memahami hakikat kemerdekaan.
Sumber: Monita Solihah
Foto: Nirma Laila Muthmainnah
Sumber: Monita Solihah
Foto: Nirma Laila Muthmainnah
No comments