ads header

Postingan Terbaru

SIMPUL PERDAGANGAN ISLAM


Islam sungguh tak asing dengan istilah perdagangan, Rasulullah SAW sebagai panutan umat Islam adalah seorang pengusaha, sejak kecil beliau selalu dibawa pamannya berdagang hingga ke kota sebrang. Disamping itu, Muhammad SAW memiliki sifat istimewa yang membuatnya terkenal di kalangan masyarakat Arab sebagai sosok yang jujur, cerdas dan amanah, sehingga ia dipercayai Siti Khadijah-wanita terkaya di kalangan kaum Quraisy-untuk mengelola bisnisnya. Pertalian bisnis tersebut berbuah pernikahan indah antara keduanya sebagaimana banyak disebutkan dalam buku sejarah Islam. Tidak sedikit di antara sahabat Nabi SAW yang kaya raya dan berprofesi sebagai pedagang, bahkan mayoritas dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga pun memiliki profesi sebagai pedagang. Islam tidak selalu identik dengan kemiskinan, justru Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa giat mencari karunia Allah di muka bumi.
Kekayaan bukanlah suatu bentuk kemadharatan asal kita  mampu mempertanggungjawabkan darimana harta tersebut didapat dan kemana dikeluarkannya. Islam sangat menganjurkan perdagangan, bahkan sembilan dari sepuluh pintu rezeky itu berada dalam perdagangan. Dari para pedagang itulah roda ekonomi dapat bergerak, ia merupakan kunci pembuka lapangan kerja, pemberi sumbangan terbesar juga dapat mempengaruhi pemerintah secara langsung. Ini merupakan realita yang diaminkan oleh semua kalangan, hanya saja Islam menaruh perhatian yang lebih dan mengaturnya dengan etika muamalah yang baik. Maka, tak heran bila Islam telah membawa bangsa Arab sebagai pemegang roda ekonomi di masa kenabian. Adapun simbol daripada muamalah dalam kehidupan ekonomi umat adalah timbangan dan takaran sebagai bentuk pengejawantahan dari sifat jujur dan adil. ini tercakup dalam QS. Al-Isra ayat 35, sebagai berikut:
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. Al-Isra’: 35)
Ayat ini menegaskan bahwa keadilan dan kejujuran dalam transaksi akan mengantarkan kepada keberkahan dan kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh seorang ahli tafsir, Sayyid Quthb. Dengan amanat dan kebersihan hati inilah pergaulan di tengah masyarakat menjadi baik dan menumbuhkan rasa saling percaya. Sebaliknya, sifat rakus dengan mengurangi takaran adalah bukti adanya mayoritas yang kotor, selain merupakan penipuan dan pengkhianatan dalam pergaulan yang akan meniadakan kepercayaan juga akan berlanjut pada kebangkrutan ekonomi dan minimnya keberkahan pada masyarakat secara menyeluruh. Secara logika, berlaku curang akan cepat meraih keuntungan, namun sebenarnya ia tengah merusak tatanan sistem ekonomi dalam jangka waktu panjang yang akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Adapun Islam memiliki konsep pembangunan ekonomi yang stabil tanpa menimbulkan gejolak.
Salah satu sistem ekonomi yang merusak adalah sistem ekonomi berbasis riba, seorang ulama pakar tafsir dan hukum Islam, Syeikh Muhammad Abu Zahrah dalam kitab Zahratu Tafasir-nya menulis terkait tafsiran QS. Al-Baqarah ayat 275, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....” menurut syeikh Muhammad Abu Zahrah, di antara bukti kebenaran ayat tersebut adalah yang kita saksikan dewasa ini, yaitu para pemain dan pialang di bursa saham adalah orang yang mudah sekali depresi dan tak jarang berujung pada bunuh diri karna selalu dikejutkan dengan fluktuasi harga di pasar saham. Selain itu perilaku mereka telah menyebabkan krisis ekonomi bagi bangsa-bangsa dunia. Di sinilah pentingnya umat Islam menggalakkan sistem ekonomi syariah yang berlandaskan keadilan distribusi, peningkatan sektor real dan sistem bagi hasil. Mari kita kembali pada pedoman ajaran al-Qur’an yang dahsyat untuk memulihkan kehidupan umat dalam bidang ekonomi agar kebaikan dan rahmat Allah melindungi kita semua. Allahu a’lam.

Oleh: Haifa Hanifah
Maraji’
Ippho ‘Right’ Santosa, 7 Bkeajaiban Rezeki, Kompas Gramedia, 2010: Jakarta

Fahmi Salim, Tafsir Sesat, Gema Insani, 2013: Jakarta

No comments