ADAB MA'AN NAFSI
Pernahkah tersirat dalam
benak kita bahwa Allah telah memberikan waktu yang sama kepada kita secara
adil? orang yang sukses, dan orang yang gagal pun diberi jatah waktu yang sama.
Tetapi pernahkah pula tersirat dalam benak kita bahwa waktu yang diberikan
oleh-Nya tidak cukup untuk menyelesaikan tugas kita sehingga hal tersebut
menjadi alasan kegagalan diri.
Jika
kita menyadari semua ini sungguh Allah telah mendesain waktu dengan
seadil-adilnya. Sehingga kewajiban dan hak kita tertunaikan. Setiap orang
diberi jatah 24 jam setiap hari, 30 hari
dalam sebulan, 12 bulan dalam satu tahun, sampai ajal menjelang. Sungguh indah jika seorang muslim menjadikan
waktunya digunakan dengan amalan-amalan shalih untuk meraih keberkahan dari-Nya sehingga setiap langkah dan ucapan menjadi ibadah. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Sahabat Ali r.a:
حََيَاتُنَاكُلُّهَا عِبَادَةٌ
“Hidup
kita seluruhnya adalah ibadah”
Orang muslim meyakini bahwa
kebahagiaannya di dunia dan akhirat sangatlah ditentukan oleh sejauh mana
pembinaan, perbaikan dan penyucian terhadap dirinya sebagai seorang muslim (orang
yang patuh dan berserah diri pada Allah). Segala aktifitas kita sehari- hari
akan bernilai ibadah jika kita mampu memanage waktu dengan baik. Hal
tersebut pun tidak akan terlaksana jika tidak sesuai aturan atau etika yang
sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
Jika kita mampu memanage aktifitas dari
hal terkecil saja maka keteraturan kerja dan amal kita akan terwujud. Pada akhirnya
kita akan merasa puas karena segala rencana (amal ibadah) dapat terlaksana
dengan baik dan benar sesuai syari’at.
Adab Ma’an Nafsi
Jika
Anda seorang pembuat kue, salah satu skil yang harus Anda kuasai adalah cara
pembuatan kue. Apa jadinya adonan yang bagus dan mahal, jika Anda tidak
mengetahui cara membuat kue yang baik dan benar? Pun jika Anda seorang penjahit
pakaiaan, Anda harus tahu cara membuat pakaian yang baik dan benar. Jika tidak,
kain semahal apapun tidak akan menjadi pakaian yang bagus. Hal tersebut
menunjukan bahwa kaifiyat (cara) mutlak
diperlukan untuk mewujudkan sesuatu. Termasuk dalam hal ini adalah kaifiyat
manajemen waktu terhadap diri. Dalam istilah yang lebih popular dinamakan Adab
Ma’an Nafsi.
Adapun upaya-upaya Adab Ma’an Nafsi
yang bisa kita amalkan antara lain:
1.
Muraqabah (pengawasan)
Muraqabah berasal dari kataيُرَا قِبُ-مُرَاقَبَةً َرَاقَبَ
yang
berarti mengawasi. Jika seorang Muslim mampu mengondisikan dirinya dengan
merasa diawasi Allah SWT dalam setiap waktu kehidupannya, bahwa Allah SWT
senantiasa melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya, memperhatikan semua amal
perbuatannya dalam setiap detik yang dilalui oleh seorang Muslim. Dengan cara
seperti itu, diri orang Mukmin selalu merasa takut berbuat hal buruk yang
menjauhkannya dari ridha Allah. Ada kisah menarik tentang Muraqabah.
Kisah tersebut tersaji sebagai berikut:
Dari Abdullah bin Dinar berkata: Saya
pergi bersama Ibnu Umar r.a ke Makkah, di tengah perjalanan, kami berhenti
sebentar untuk istirahat. Tiba-tiba ada seorang penggembala turun dari bukit
menuju ke arah kami.
Ibnu
Umar bertanya kepadanya ,
‘Apakah
kamu penggembala?” “Ya”, jawabnya.(Ingin mengetahui kejujuran anak kecil
penggembala itu)
Ibnu
Umar melanjutkan, “Juallah kepada saya seokor kambing saja.”
Anak
kecil itu menjawab, ” Saya bukan pemilik kambing-kambing ini, saya hanyalah
hamba sahaya.”
“Katakan
saja pada tuanmu, bahwa seekor kambingnya dimakan serigala”, kata Ibnu Umar
r.a.
“Lalu
dimanakah Allah ‘Azza wa-Jalla ?”, jawab penggembala mantap.
Ibnu
Umar berguman, “Ya, benar. Dimanakah Allah ‘Azza wa-Jalla ?”
Kemudian
beliau menangis dan dibelinya hamba sahaya tadi lalu dimerdekakan .
Diriwayatkan oleh Thabrany, para perawinya tsiqqah.
Sudahkah kita merasa diawasi oleh Allah
SWT dalam setiap amal yang kita kerjakan? Sebagaimana halnya yang terjadi pada
kisah pengembala diatas. Semoga kita bisa mengaplikasikan konsep Muraqabah
ini dalam kehidupan kita sehingga kita akan terhindar dari kesalahan,
kekeliruan, dosa, dan maksiat.
2. Mujahadah (Perjuangan)
Orang
Muslim mengetahui bahwa musuh besarnya ialah hawa nafsu yang ada dalam dirinya,
yakni watak hawa nafsu yang membawa kepada kejelekan. Ketika orang Muslim
berjuang melawan dirinya agar menjadi baik, bersih, dari segala keburukan dan
kejelekan, maka ia mengetahui bahwa inilah yang disebut Mujahadah
(perjuangan). Dalam arti lain setelah kita mempunyai strategi Muraqabah
maka mujahadah (perjuangan) mutlak diperlukan. Dan perjuangan itu tentunya
membutuhkan pengorbanan baik harta, waktu, tenaga, perasaan dll..
Triple Mujahadah
Dalam
perjuangan ada tiga lawan yang harus dihadapi yaitu diri sendiri, syaithan, dan
orang kafir. Perjuangan melawan diri sendiri ada empat tahap yang harus dilalui sebagaimana dikatakan
oleh Imam Ibnu Qayyim. Keempat tahap tersebut yaitu:
-
Perjuangan mencari ilmu
-
Perjuangan dalam mengamalkan ilmu
-
Perjuangan dalam mendakwahkan ilmu
-
Perjuangan sabar dalam berdakwah
Adapun perjuangan melawan setan bisa
dilakukan dengan empat cara yaitu dengan melakukan isti’ādzah (meminta
perlindungan kepada Allah), menjadi orang yang berilmu, berusaha menjadi orang
yang mukhlasun (diikhlaskan dalam amal) sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Hijr
(15) ayat 39-40, dan tidak mengikuti langkah-langkah setan. (lihat QS
al-Baqarah [2]: 208).
Sedangkan perjuangan melawan orang kafir
bisa diupayakan dengan qitāl (peperangan) jika yang dihadapi adalah kafir
harbi (yang memerangi). Selebihnya perjuangan melawan orang kafir bisa
dilakukan dengan menguasai beberapa sector diantaranya pendidikan, ekonomi,
kesehatan, kebudayaan, pertahanan, dll..
3. Muhasabah (evaluasi)
Al-Faruq
Umar bin Khatab mengingatkan kita akan pentingnya bermuhasabah. Beliau
mengatakan:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وزنوها
قبل أن توزنووَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
“Hisablah
diri kalian sebelum kalian dihisab nanti di hari akhir dan timbanglah diri
kalian sebelum nanti ditimbang dihari akhir dan bersiaplah untuk menghadapi
pertemuan besar (alam mahsyar)”.(Ihya Ulumu ad-Din,4:396).
Ya, setelah kita memiliki strategi
Muraqabah yang kemudian dinyatakan dengan Mujahadah, maka adab selanjutnya
melakukan Muhasabah (evaluasi). Perjuangan yang telah dilakukan hendaknya
dievaluasi dengan baik. Minimal dua hal yang harus dievaluasi, yaitu:
-
Apa saja amal shalih yang telah kita kerjakan
-
Apakah ada kesalahan yang diperbuat ketika mengupayakan kebaikan
Jika jawaban pertanyaan kesatu positif,
maka konsinten dan peningkatan bisa diupayakan di esok hari. Tetapi, jika jawabannya
negatif maka kita harus benar-benar merancang amal shaleh untuk diupayakan di
esok hari.
Jika jawaban pertanyaan kedua positif,
hendaknya kita bertaubat dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi,
jika jawabannya negatif, kita harus mempertahankannya sehingga kesalahan
sekecil apapun tidak hinggap dalam hidup kita.
Sekali lagi evaluasi amal sangatlah
penting. Sejenak sebelum kita istirahat malam, evaluasilah diri kita
masing-masing! kemudian, tidak sebatas dievaluasi saja, tetapi lanjutkan dengan
perencanaan Muraqabah dan Mujahadah. Wallahu a’lam
Oleh: Rahmi Fauzi Rahim
No comments