REFLEKSI “VALENTINE DAY”
Iqbal Amar Muzaki, Pemulis |
Sudah
menjadi tradisi; menjelang pertengahan Februari tepatnya tanggal 14 dijadikan
oleh sebagian orang umumnya para remaja di dunia sebagai hari kasih
sayang, atau yang sering disebut dengan
valentine day. Mereka meyakini bahwa tradisi tersebut merupakan tradisi positif
dan acara tahunan yang harus dilewati dengan berbagai perayaan bersama
pasangannya (baca: kekasihnya). Berbagai cara dilakukan mereka mulai dari tukar
kado, tukar bunga, bahkan yang lebih parah lagi;berhubungan badan/free sex. Mereka menilai bahwa valentine day merupakan
moment yang tepat untuk menunjukan bukti cintanya kepada pasangan. Sehingga
apapun akan mereka lakukan demi pasangannya untuk membuktikan cintanya.
Bahkan
di negara-negara sekular dan liberal seperti Amerika dan Inggris; aktifitas
seks yang dilakukan oleh remaja meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu
dilakukan seminggu sebelum perayaan dan seminggu setelahnya. Meskipun di
Inggris sudah memberlakukan the National Impotence Day yang artinya himbauan bagi para remaja
untuk tidak melakukan seks di
minggu-minggu tersebut., namun upaya tersebut tidak berhasil. Sementara di
Amerika tanggal 14 februari dijadikan sebagai The National Condom Week artinya
semua orang harus pakai kondom; karena di Amerika sudah menjadi jargon bahwa valentine
day = seks. Naudzubillah
Begitu
besar pengaruh Valentine day, sehingga menyebar ke seantero dunia tak
terkecuali Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Indonesia
sendiri 26,4 % dari 413 remaja yang di survey mengaku merayakan valentine day
dengan gebetan sambil makan-makan ciuman kemudian berhubungan seks,
Naudzubillah. Apalagi di Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan dan
Surabaya. Hampir separuh dari remaja sudah pernah melakukan hubungan badan
dengan pasangannya. Di berbagai daerah, komoditas yang paling laku ketika tahun
baru dan valentine adalah Kondom. Naudzubillah.
Asal
muasal Valentine Day
Valentine
day mulai diadakan sekitar abad ke 7 masehi. Pada mulanya tanggal 14 februari
ditetapkan sebagai hari untuk mengenang matinya sosok pendeta yang bernama
Saints Valentine. Pendeta ini dikenal sebagai sosok pendeta yang dermawan, dinilai masyarakat sebagai perlambang suci
dan penuh kasih sayang. Pendeta ini meninggal di Roma pada tanggal 14 Februari
269 M. Selain dikenal sebagai sosok dermawan, Pendeta ini juga dikenal sebagai
seorang yang memiliki jiwa Patriotisme
kuat yang mampu membangkitkan semangat rakyat dari ketidakadilan
penguasa.
Pada
saat itu Romawi dipimpin oleh Kaisar Claudius The Groth yang terkenal kekejamannya.
Kaisar tersebut ingin memperluas daerah kekuasaannya dengan mengandalkan para
tentara muda, sehingga mengintruksikan seluruh pemuda untuk ikut berperang.
Namun istruksi tersebut tidak digubris oleh para pemuda karena mereka takut
mati dan tidak ingin berpisah dengan kekasihnya. Mendengar hal itu, kaisar
claudius marah dan menetapkan kebijakan tidak boleh berpacaran ataupun menikah;
dan barang siapa yang melanggar akan dikenai sangsi yang berat berupa penjara.
Mendengar kebijakan tersebut, para pemuda takut dan lebih memilih cari aman
dengan mengikuti intruksi kaisar. Di saat para pemuda ketakutan, pendeta sants
valentine malah menolak kebijakan tersebut, dan mendukung hubungan asmara
diantara muda-mudi. Bahkan diam-diam valentine sering menikahkan pasangan
muda-mudi. Namun akhirnya ketahuan sehingga Saints Valentine dipenjara.
Namun
sikap yang ditunjukan Valentine malah membuat banyak orang simpati kepadanya
dan silih bergantian menjenguk ke penjara. Bahkan salah satu anak sipir
diam-diam sering menjenguk dan memberinya hadiah serta bunga. Melihat begitu
banyak yang simpati kepada Valentine Kaisar semakin gusar dan khawatir akan
muncul pemberontakan dari rakyat. Sehingga beliau memutuskan menghukum mati
valentine dengan memenggal kepalanya.
Namun sebelum mati, Valentine menulis surat yang dikirim kepada anak
sipir yang menyatakan bahwa dirinya tidak menyesal dengan apa yang
diperbuatnya, dan tetap memegang prinsip bahwa cinta tidak bisa dikalahkan.
Dan
untuk menghormati pengorbanannya, pada tahun 496 M; Paus Glasius menetapkan
tanggal 14 Februari sebagai hari Saints Valentine. Namun lambat laun perayaan
tersebut berubah haluan yang tadinya memeringati hari kematian Saint Valentine,
berubah menjadi hari untuk mencari pasangan. Perayaan ini diperkirakan mulai
terjadi pada abad ke 15 di Eropa yang dicetus oleh muda-mudi Roma yang
dinamakan pesta Lupercalia yang diperingati tiap tanggal 15 Februari.
Pesta
Lupercalia sendiri merupakan rangkaian hari raya yang dipersembahkan kepada
Lupercus sang Dewa Kesehatan dan Kesuburan. Sedangkan Juno Februa yang juga
dewi Pernikahan dan Kesuburan. Lupercus adalah dewa Kesuburan seksual Romawi
yang diilustrasikan sebagai manusia berkaki dan berkepala kambing. Sedangkan
Juni Februa adalah dewi pernikahan dan kesuburan; istri dari Jupiter pemimpin
para Dewa. Mereka menganggap rangkaian acara yang dilakukan pada tanggal 13-15
februari tersebut merupakan cara meneladani semangat para dewa tersebut dalam
mengaktualisasikan hasrat cintanya yang bermuara pada satu kata yaitu NAFSU.
Pada
prakteknya, Lupercalia dimulai dengan menaruh nama-nama perawan wanita yang
ditulis dalam sebuah kertas yang diletakan terpisah. Kemudian satu persatu para
lelaki maju ke depan untuk memilih kertas yang bertuliskan nama-nama perawan.
Siapa yang terpilih, itulah yang akan menjadi partner dia untuk melakukan
hubungan seks. Begitulah prkatek lupercalia yang kemudian diakulturasi dengan
perayaan meninggalnya Saints Valentine. Namun tradisi negatifnya tetap saja
terbawa. Na’udzubillahimindzalik.
Perayaan
Valentine akhirnya dimanfaatkan oleh kalangan kapitalis untuk meraup
keuntungan. Di Amerika sendiri valentine Day menghasilkan Rp 144,4 T dari hasil
retail yang terjual. Dan itu mengarah pada hal-hal yang negatif.
Kita
Itu Muslim, Jangan Ikuti Budaya Mereka
Tentu
saja valentine Day merupakan salah satu propaganda Yahudi untuk menghancurkan
kaum muda Islam. Mereka memahami, bahwa salah satu penunjang keberhasilan Islam
Masa depan tergantung pemuda masa kini, oleh sebab itu mereka membuat
propaganda lewat Valentine. Segala propaganda yang dibuat Yahudi tentu saja
memiki misi tersendiri dalam rangka menjauhkan kaum muslimin dari ajaran
agamanya. Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Samuel Zwemmer, mantan aktifis
misi Amerika Serikat dan juga agen Yahudi; beliau menyatakan dalam konferensi
Yerussalem tahun 1935 :
“Misi
utama yang dibebankan negara-negara kristen kepada kita bukanlah menjadi kaum
muslimin sebagai kristen, karena hal ini tidak akan sanggup kita laksanakan,
tetapi ingatlah, misi utama kita adalah harus menjauhkan kaum muslimin dari
ajaran Islam supaya mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Allah.
Sehingga mereka tidak menggunakan norma akhlak sebagai pegangan hidup Islam.”
Kita
selaku umat Islam harus “melek” dengan itu. Allah SWT dengan tegas menyatakan
bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah Ridha dengan kita (kaum muslimin)
sehingga kita mengikuti Millah mereka (Al-Baqarah 120). Maka oleh sebab itu
kita harus hati-hati dengan segala bentuk propaganda Yahudi, kita tidak boleh
terjebak dengan siasat licik mereka, Dan jika kita mengikuti mereka, maka
dengan tegas nabi menyatakan bahwa barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
kita termasuk didalamnya (HR Ibnu Hambal dan Abu Daud).
Di
ayat lain Allah dengan tegas melarang umat islam untuk mengikuti kebiasaan
orang kafir, dan harus menjauhinya agar tidak terpedaya oleh mereka. Allah juga
telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman jika
kamu mengikuti orang-orang yang kafir, niscaya mereka mengembalikan kamu menjadi
kafir, lalu kamu menjadi orang-oarang yang rugi.” (Qs. Ali Imron:149)
Mudah-mudahan
kita semua terjauh dari fitnah, senantiasa Istiqomah dengan pendirian kita dan
kita menjadi Hamba yang senantiasa berserah diri kepada Allah. Amiin.
Wallahua’lam
bishawab....wamaa yadzakkaruu illaa uulul albab
No comments