PRODI PIAUD STIT AL-HIDAYAH ADAKAN GEBYAR SEMINAR
Tasikmalaya, tanwirnews - Ahad 8 Mei 2017,
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) al-Hidayah menggelar acara gebyar seminar
“Pelangi PAUD 1000 Anak Negeri” yang
bertempat di kampus STIT al-Hidayah. Kegiatan ini diinisiasi oleh seluruh dosen dan DEMA (Dewan Mahasiswa) STIT al-Hidayah. Acara ini dihadiri oleh 200 peserta dari berbagai
kota di Priangan Timur, diantaranya Kab. Garut, Kota Tasikmalaya, Kab.
Tasikmalaya, Kab. Ciamis, dan juga Kota Banjar. Kegiatan ini juga dibuka dengan
penampilan anak-anak PAUD dari Kota Tasikmalaya, serta disponsori oleh Kefir, Beauty,
HPAI, kerudung anak K-Mala, Waterboom Sukahaji, dan Jungle Land.
Menurut ketua
pelaksana, bapak Asep Mumung, M.Pd. diadakannya acara ini merupakan bentuk perealisiran
program kerja pertama Prodi PIAUD STIT al-Hidayah, yang merupakan prodi baru di
STIT al-Hidayah selain PBA dan Tafsir Quran, serta dalam rangka sharing
ilmu dan silaturahmi antar guru PAUD se-Priangan Timur, juga untuk
menjaring mahasiswa masuk ke STIT
al-Hidayah, terutama Prodi PIAUD.
Narasumber acara
ini adalah ibu Aryanty Risnadewi, S.Pd., M.Ed. (Master of Education
Specialising in Early Chilhood Education S2 Monash University of Australia)
selaku konsultan dan juga dosen tetap STIT al-Hidayah Prodi PIAUD. Dalam
seminar ini, beliau memaparkan beberapa perbandingan pendidikan anak usia dini
di Indonesia dengan luar negeri,
terlebih Australia. Beberapa perbandingannya antara lain:
1. Dalam konten kurikulum, di Australia mengedepankan
indepensi anak-anak, terlebih mengajarkan mereka untuk bisa survive dari
bencana alam. Di usia ini juga anak-anak di Australia tidak langsung diberi pencil
and paper test, tetapi masa ini merupakan masa pengenalan objek dengan
modul fun learning.
2. Dalam Sarana-Prasarana, Australia sangat memperhatikan
sarana dan prasarana anak-anak, sehingga antara teknologi dan pergerakannya
sangat seimbang. Yaitu, hampir di setiap kelas disediakan smart board touch
screen yang digunakan bersama stick magic dan sudah dibuatkan
animasi oleh guru, sehingga memudahkan anak dalam belajar. Anak-anak juga
terkadang diajak untuk belajar outdoor dengan terjun lapangan secara
langsung, seperti bermain sambil belajar di rawa, namun dengan high
protection.
“Salah satu
bentuk proteksi yang tinggi yaitu, jangankan menyentuh anak, mengambil foto
anak saja harus izin terlebih dahulu kepada orangtua mereka. Bahkan ini sudah
menjadi aturan negara, bahwa orangtua dilarang memposting foto anak. Ketika
anak sudah masuk usia sekian, akan ada dinas sosial yang datang dan bertanya
mengenai penyakit, serta hal-hal yang dibolehkan dan dilarang mengenai anak.
Jadi semacam MoU, MoU yang diberikan kepada Dinas Sosial ini akan sama dengan yang
diberikan kepada sekolah, daycare, dan tempat lainnya. Sehingga perlindungan
di sekolah dan tempat lainnya akan seimbang” Pangkasnya. [rm/nl]
No comments