ALLAH BERSAMA ORANG YANG SABAR
I. Pengertian Sabar Secara
Bahasa & Istilah
Menurut Ibnul Qayyim,
الصَّبْرُ فيِ اللُّغَةِ: الْحَبْسُ وَالْكَفُّ
Sabar menurut pengertian bahasa adalah menahan dan mencegah.
Makna ini digunakan dalam firman Allah Swt:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ أَيْ إِحْبِسْ نَفْسَكَ مَعَهُمْ
“Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” QS. Al-Kahfi:28 Maksudnya,
tahanlah dirimu bersama-sama dengan mereka.”[1]
Dalam redaksi lain,
Ibnul Qayyim juga menyebutkan:
أَصْلُ هذِهِ الْكَلِمَةِ هُوَ الْمَنْعُ وَالْحَبْسُ
“Makna asal
kata ini (sabar) adalah menahan (al-Man’u)
dan mencegah (al-Habsu).” [2]
Sedangkan secara istilah, menurut Ibnul Qayyim:
فَالصَّبْرُ: حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْجَزَعِ وَالتَّسَخُّطِ وَحَبْسُ
اللِّسَانِ عَنِ الشَّكْوَى وَحَبْسُ الْجَوَارِحِ عَنِ التَّشْوِيْشِ
“Jadi sabar
artinya menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan amarah; menahan lidah dari
keluh kesah; menahan anggota tubuh dari kekacauan.” [3]
Dalam redaksi lain, beliau juga menyebutkan:
فَالصَّبْرُ: حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْجَزَعِ وَاللِّسَانِ عَنِ
التَّشَكِّي وَالْجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الْخُدُوْدِ وَشَقِّ الثِّيَابِ وَنَحْوِهِمَا
وَيُقَالُ صَبَرَ يَصْبِرُ صَبْرًا وَصَبَرَ نَفْسَهُ قَالَ تَعَالَى {وَاصْبِرْ نَفْسَكَ
مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ}
“Sabar
bermakna menahan diri dari rasa gelisah; menahan lidah dari keluh kesah;
menahan anggota tubuh dari memukul pipi, merobek baju dan lain-lain.” Dikatakan
shabara-yashbiru-shabran wa shabara nafsahu (dan menahan dirinya), Allah Ta’ala berfirman: “Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi:28). [4]
Selanjutnya beliau menyatakan:
وَأَمَّا حَقِيْقَتُهُ فَهُوَ خُلُقٌ فَاضِلٌ مِنْ أَخْلاَقِ النَّفْسِ
يَمْتَنِعُ بِهِ مِنْ فِعْلِ مَا لاَ يُحْسِنُ وَلاَ يُجْمِلُ وَهُوَ قُوَّةٌ مِنْ
قُوَى النَّفْسِ الَّتِىْ بِهَا صَلاَحُ شَأْنِهَا وَقِوَامُ أَمْرِهَا
“Adapun
hakikat sabar ialah salah satu akhlak yang mulia dari sejumlah akhlak jiwa yang
menghalangi tindakan yang tidak baik dan tidak elok serta salah satu kekuatan
jiwa yang dengannya segala urusan jiwa menjadi baik dan lurus.” [5]
وَقِيْلَ الصَّبْرُ ثَبَاتُ الْقَلْبِ عِنْدَ مَوَارِدِ الإِضْطِرَابِ
Dan ada pula yang berpendapat, sabar merupakan sikap
ketegaran hati ketika menghadapi goncangan (musibah atau cobaan).” [6]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sabar
termasuk budi pekerti yang dapat menahan nafsu dari putus asa, sedih, dan
sentimental. Ia menahan jiwa dari emosi marah, menahan lidah dari merintih
kesakitan, dan anggota badan dari melakukan sesuatu yang tidak pantas. Dan
lawan kata dari sabar ialah berkeluh kesah. Berkeluh kesah adalah “sahabat dekat dan saudara
kandung” dengan kelemahan, sedangkan
sabar merupakan “sahabat
intim dan pangkalnya” kecerdasan.
II. Konsep Sabar dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Kata yang dibentuk dari sha-ba-ra (صبر) digunakan di dalam
al-Quran sebanyak 101 kali. Sebagian besar (61 kali) digunakan dalam bentuk
kata kerja (fi’il/فعل),
antara lain dalam firman-Nya:
[24/1 06:29] PZU Cihideung: فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ
مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ . . .
“Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka.” (QS. Al-Ahqaaf: 35)
Sisanya (40 kali) digunakan dalam bentuk kata benda (Isim/إسم)
atau sifat, antara lain dalam firman-Nya:
قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
“Dia
menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sanggup sabar bersamaku.”
(QS. Al-Kahfi: 67)
Imam Ibnul Qayyim menuturkan: “Menurut Al-Imam Ahmad, kata sabar disebutkan di
dalam Al-Qur’an pada 90 tempat. Menurut
ijma’ ulama umat, sabar ini wajib,
dan merupakan setengah dari iman. Karena iman itu ada dua bagian; Sebagian
adalah sabar dan sebagian lagi adalah syukur.”
Dan Sabar disebutkan dalam Al-Qur’an
dalam enam belas aspek:
1.Perintah sabar, seperti firman-Nya:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
“Dan,
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 45)
Larangan melakukan sebaliknya, seperti firman-Nya:
وقوله : (وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا) قَالَ إبْنُ الْقَيِّمِ:
فَإِنَّ الْوَهْنَ مِنْ عَدَمِ الصَّبْرِ
“Dan,
janganlah kalian bersikap lemah dan janganlah (pula) kalian bersedih hati.” (QS. Ali Imran: 139). Kata
Ibnul Qayyim: “Sikap lemah
dan selalu bersedih hati artinya tidak sabar, karena itu dilarang.”
Pujian terhadap pelakunya, seperti firman-Nya:
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ
أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan,
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan,
mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah: 177)
Keharusan sabar karena Allah mencintainya, seperti
firman-Nya:
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan, Allah
mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali Iman: 146)
Allah bersama orang-orang yang sabar, dan ini merupakan
kebersamaan secara khusus, yang berarti menjaga, melindungi, dan menolong
mereka, bukan sekedar kebersamaan secara umum, yaitu kebersamaan pengetahuan
dan kekuasaan Allah, seperti firman-Nya:
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan,
bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal:46)
Pengabaran Allah bahwa sabar ini lebih baik bagi para
pelakunya, seperti firman-Nya:
وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
“Tetapi jika
kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
sabar.” (QS. An-Nahl: 126).
Allah memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik, seperti firman-Nya:
وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan,
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 96)
Orang-orang yang sabar diberi balasan tanpa batas, seperti
firman-Nya:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-zumar: 10)
Orang-orang yang sabar mendapatkan kabar gembira, seperti
firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
“Dan, sungguh
akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedi-kit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buahbuahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
10. Jaminan pertolongan bagi orang-orang yang sabar, seperti
firman-Nya:
بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ
هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
“Ya (cukup),
jika kalian bersabar dan bertakwa, dan mereka dating menyerang kalian dengan
seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang
memakai tanda.” (QS. Ali
Imran: 125).
Dalam makna ini sabda Nabi saw.:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ
“Dan
ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran.”
Pengabaran dari Allah bahwa orang-orang yang sabar adalah
orang-orang yang mulia, seperti firman-Nya:
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Tetapi orang
yang sabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diutamakan.” (QS.
Asy-Syura: 43)
Pengabaran dari Allah bahwa pahala amal shalih dan
keberuntungan yang besar hanya layak diperoleh orang-orang yang sabar, seperti
firman-Nya:
وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
“Kecelakaan
yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh
orang-orang yang sabar.” (QS.
Al-Qashash: 80)
Pengabaran bahwa hanya orang-orang yang bersabarlah yang
bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari ayat-ayat Allah, seperti firman-Nya
kepada Nabi Musa As.:
أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ
بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Keluarkanlah
kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang, dan ingatkanlah mereka
kepada hari-hari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang penyabar dan banyak
bersyukur.” (QS. Ibrahim: 5).
Pengabaran bahwa keberuntungan yang diharapkan, keselamatan
dari sesuatu yang ditakuti dan masuk surga, diperoleh orang-orang yang
memperolehnya karena kesabaran mereka, seperti firman-Nya:
وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ # سَلَامٌ
عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Dan, para
malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), ‘Keselamatan bagi kalian berkat
kesabaran kalian’. Maka
alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
(QS. Ar-Ra’d: 23-24)
Sabar mempusakakan derajat kepeloporan dan kepemimpinan.
Kata Ibnul Qayyim:
سَمِعْتُ شَيْخَ الإِسْلاَمِ ابْنَ تَيْمِيَّةَ قَدَّسَ اللهُ رُوْحَهُ
يَقُوْلُ : بِالصَّبْرِ وَالْيَقِيْنِ تَنَالُ الإِمَامَةَ فِي الدِّيْنِ ثُمَّ تَلاَ
قَوْلَهُ تَعَالَى:
Saya pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
“Dengan kesabaran dan keyakinan
dapat diperoleh kepemimpinan dalam agama.”
Lalu dia membaca firman Allah Ta’ala:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ
بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan, Kami
jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar, dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Allah mengaitkan kesabaran dengan berbagai posisi dalam
Islam, iman, keyakinan, takwa, tawakkal, syukur, amal shalih, rahmat dan lain
sebagainya. Karena itu sabar termasuk bagian dari iman, seperti kedudukan
kepala dari tubuh. Tidak ada artinya iman bagi seseorang yang tidak memiliki
kesabaran, sebagaimana tidak ada artinya tubuh tanpa kepala. Umar bin
Al-Khaththab berkata:
خَيْرُ عَيْشٍ أَدْرَكْنَاهُ بِالصَّبْرِ
“Hidup yang
paling baik ialah yang kami lalui dengan kesabaran.”
Di dalam sebuah hadis shahih diterangkan, Nabi mengabarkan
bahwa Sabar itu adalah cahaya, dan beliau bersabda:
مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ
“Siapa yang
bersabar niscaya Allah menjadikannya orang yang sabar.”
Di dalam sebuah hadis disebutkan, Rasulullah saw. bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ
ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh
menakjubkan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya merupakan
kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak dimiliki kecuali orang Mukmin
saja. jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan
baginya, dan jika ditimpa penderitaan, dia sabar, maka itu merupakan kebaikan
baginya.”
Nabi saw. bersabda kepada seorang wanita yang menderita sakit
ayan, lalu dia meminta kepada beliau agar berdoa bagi kesembuhannya:
إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ
اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ فَقَالَتْ: إِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ
لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا
“Jika engkau ingin, maka engkau bisa bersabar dan
engkau mendapatkan surga, dan jika engkau ingin, maka aku bisa berdoa kepada
Allah agar memberikan afiat kepadamu.’
Maka wanita itu berkata, ‘Aku sudah
membuka kekuranganku. Maka berdoalah kepada Allah agar tidak membuka
kekuranganku di akhirat.’ Maka beliau
berdoa baginya.”
Nabi saw. juga memerintahkan orang-orang Anshar untuk
bersabar menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan sepeninggal beliau, hingga
mereka bersua beliau di liang kubur. Beliau juga memerintahkan untuk sabar saat
berhadapan dengan musuh dan sabar saat ditimpa musibah. Beliau memerintahkan
orang yang ditimpa musibah agar melakukan hal yang paling bermanfaat baginya,
yaitu sabar dan mencari ridha Allah, karena yang demikian itu akan meringankan musibahnya
dan melipat-gandakan pahalanya. Mengeluh dan gundah hati justru membuat musibah
itu terasa semakin berat dan menghilangkan pahala.
Nabi saw. juga mengabarkan bahwa sabar itu merupakan kebaikan dalam segala aspeknya, beliau bersabda:
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Dan tidak
ada suatu pemberian pada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran.” [7]
Dalam redaksi lain, Nabi saw. Bersabda:
وَمَا أَجِدُ لَكُمْ رِزْقًا أَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Dan aku
tidak mendapati bagi kalian rezeki yang lebih luas daripada sabar.” HR. Ahmad
III. Jenis-jenis Sabar dan Hubungannya dengan Keluh Kesah
Ibnul Qayyim berkata:
وَهُوَ ثَلاَثَةُ أَنْوَاعٍ : صَبْرٌ عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَصَبْرٌ
عَنْ مَعْصِيَّةِ اللهِ وَصَبْرٌ عَلَى امْتِحَانِ اللهِ فَالأَوَّلاَنِ : صَبْرٌ عَلَى
مَا يَتَعَلَّقُ بِالْكَسْبِ وَالثَّالِثُ : صَبْرٌ عَلَى مَا لاَ كَسْبَ لِلْعَبْدِ
فِيْهِ
Sabar ini ada tiga macam: Sabar dalam ketaatan kepada Allah,
sabar dari kedurhakaan kepada Allah, dan sabar dalam ujian Allah. Dua macam
yang pertama merupakan kesabaran yang berkaitan dengan tindakan yang
dikehendaki, dan yang ketiga tidak berkait dengan tindakan yang dikehendaki.
Kata Ibnul Qayyim, “Saya
pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesabaran Yusuf menghadapi rayuan istri Tuannya
lebih sempurna daripada kesabaran beliau saat dimasukkan ke dalam sumur oleh
saudara-saudaranya, saat dijual dan saat berpisah dengan bapaknya. Sebab
hal-hal ini terjadi di luar kehendaknya, sehingga tidak ada pilihan lain bagi
hamba kecuali sabar menerima musibah. Tapi kesabaran yang memang beliau
kehendaki dan diupayakannya saat menghadapi rayuan istri Tuannya, kesabaran
memerangi nafsu, jauh lebih sempurna dan utama, apalagi di sana banyak faktor
yang sebenarnya menunjang untuk memenuhi rayuan itu, seperti keadaan beliau
yang masih bujang dan muda, karena pemuda lebih mudah tergoda oleh rayuan.
Keadaan beliau yang terasing, jauh dari kampung halaman, dan orang yang jauh
dari kampung halamannya tidak terlalu merasa malu. Keadaan beliau sebagai
budak, dan seorang budak tidak terlalu peduli seperti halnya orang merdeka.
Keadaan istri tuannya yang cantik, terpandang dan tehormat, tanpa ada seorang
pun yang melihat tindakannya dan dia pula yang menghendaki untuk bercumbu
dengan beliau. Apalagi ada ancaman, seandainya tidak patuh, beliau akan
dijebloskan ke dalam penjara dan dihinakan. Sekalipun begitu beliau tetap sabar
dan lebih mementingkan apa yang ada di sisi Allah.”
Ibnu Taimiyah juga pernah berkata, “Sabar dalam melaksanakan ketaatan lebih baik
daripada sabar menjauhi hal-hal yang haram. Karena kemaslahatan melakukan
ketaatan lebih disukai Allah daripada kemaslahatan meninggalkan kedurhakaan,
dan keburukan tidak taat lebih dibenci Allah daripada keburukan adanya
kedurhakaan.”
Selanjutnya, Ibnul Qayyim menerangkan tiga jenis lain dari
sabar. Beliau berkata:
فَصْلٌ وَهُوَ عَلَى ثَلاَثَةِ أَنْوَاعٍ : صَبْرٌ بِاللهِ وَصَبْرٌ
لِلّهِ وَصَبْرٌ مَعَ اللهِ
Fasal dan sabar terbagi pada tiga jenis, yaitu: (1) Shabrun
billaah, (2) Shabrun lillaah, (3) Shabrun ma’allaah.
Pertama, Shabrun billaah (Sabar karena pertolongan Allah).
Artinya mengetahui bahwa kesabaran itu berkat pertolongan Allah dan Allahlah
yang memberikan kesabaran, sebagaimana firman-Nya,
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Bersabarlah
(hai Muhammad) dan tiadalah kesabaramnu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (An-Nahl: 127). Kata Ibnul
Qayyim:
يَعْنِي إِنْ لَمْ يُصَبِّرْكَ هُوَ لَمْ تَصْبِرْ
Maksudnya, jika Dia tidak menjadikanmu sabar niscaya kamu
tidak akan bersabar.
Kedua, Shabrun lillaah (Sabar karena Allah). Artinya pendorong sabar adalah cinta kepada Allah, mengharapkan Wajah-Nya dan taqarrub kepada-Nya, bukan untuk menampakkan kekuatan jiwa dan mengharap pujian makhluk atau tujuan-tujuan lain.
Ketiga, Shabrun ma’allaah
(Sabar beserta Allah). Artinya perjalanan hamba bersama kehendak Allah, yang
berkaitan dengan hukum-hukum agama, sabar dalam melaksanakan hukum-hukum itu
dan menegakkannya.
Ibnul Qayyim berkata: “Maka
ini makna keadaannya sabar bersama Allah, yaitu sungguh Allah telah menjadikan
dirinya memahami perintah-perintah Allah dan menyintainya, dan sabar jenis
ketiga merupakan sabar yang paling berat dan paling sulit, dan itu sabarnya
orang-orang yang shidiq. Dan sungguh Allah, di dalam Kitab-Nya, telah
memerintahkan kesabaran yang baik, pengampunan yang baik dan penghindaran yang
baik.”
Ibnu Qayyim juga mengatakan, “Saya pernah mendengar Ibnu Taimiyah berkata, ‘Kesabaran yang baik ialah yang
tidak disertai pengaduan, pengampunan yang baik ialah yang tidak disertai
celaan, dan penghindaran yang baik ialah yang tidak disertai ucapan yang
menyakitkan’.”
Selanjutnya Ibnu Qayyim menjelaskan antara hubungan sabar
dengan keluh kesah.
وَالشَّكْوَى إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ تُنَافِي الصَّبْرَ
فَإِنَّ يَعْقُوْبَ عليه السلام وَعَدَ بِالصَّبْرِ الْجَمِيْلِ وَالنَّبِيُّ إِذَا
وَعَدَ لاَ يُخْلِفُ
Pengaduan kepada Allah tidak menafikan kesabaran, karena Ya’qub Alaihis-Salam telah berjanji
untuk bersabar dengan baik, dan seorang nabi tidak akan mengingkari janjinya,
namun beliau tetap mengadu kepada Allah:
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ
اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan kcsusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui
dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 86).
Demikian pula Nabi Ayyub, Allah telah mengabarkan bahwa
beliau sebagai orang yang sabar, meski begitu beliau tetap mengadu kepada
Allah:
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang.”
(Al-Anbiya: 83). [8]
Kesimpulannya, bahwa berkeluh kesah terbagi ke dalam dua
bentuk: Pertama, berkeluh kesah yang tidak bertentangan dengan sifat sabar,
seperti dilakukan Nabi Yaqub dan Nabi Ayyub di atas. Kedua, berkeluh kesah yang
tidak sesuai dengan sifat sabar, bahkan bertentangan dan menggagalkan
kesuksesan sabar, seperti keluhan orang yang tertimpa musibah dengan bahasa dan
tindakan yang tidak diridhai Allah.
Sumber: sigabah.com/beta
No comments